Minggu, 06 Februari 2011

Kelestarian Lingkungan dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama rahmatan lil?alamin, artinya Islam diyakini tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan pemeluknya sendiri. Islam merupakan rahmat bagi pemeluk agama lain, bangsa non-arab, bahkan tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lain. Konsepsi ini akan benar ? benar applicable jika pemeluknya memahami substansi pengamalan ajaran Islam itu sendiri.

Islam dalam praktiknya tidak hanya mengurusi masalah ibadah rutin saja seperti sholat, puasa, haji dan lainnya. Urusan kebangsaan, muamalah termasuk menjaga kelestarian lingkungan menjadi tugas utama dalam ber-Islam.

Justru itu pemahaman agama yang sempit dan terkotak ? kotak pada wilayah yang semakin membuat Islam terpojok perlu dihilangkan. Karena Islam senantiasa mengedepankan nilai kedamaian, sejuk dan tidak sempit pikir. Pertanyaannya adalah bagaimana Islam berbicara tentang lingkungan hidup?

Tulisan ini bermaksud mengupas persoalan kelestarian lingkungan hidup dengan pendekatan perspektif Islam. Dalam ulasannya penulis akan menggunakan dalil naqli yang bersumber langsung dari Al quran dan Sunnah Rasulullah serta sumber referensi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ironis memang Indonesia yang notabene adalah negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar didunia tetapi sangat rendah dalam hal melestarikan lingkungan Menurut kaca mata saya kelestarian lingkungan tidak dimaknai hanya dengan melakukan program reboisasi dan rehabilitasi lahan saja. Program itu memang bagian dari upaya kelestarian lingkungan. Tetapi persoalan kelestarian lingkungan hidup mestinya berangkat dari hal ? hal yang kita anggap sepele seperti; membuang sampah pada tempatnya, membuang puntung rokok pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan masyarakat.

Keresahan itu semakin mencuat dimana tingkat sadar lingkungan dan sadar bersih masyarakat Islam didunia masih sangat rendah. Kita pantas iri melihat tata kota negara Singapura misalnya yang sangat rapi, bersih, asri, berwawasan lingkungan. Bahkan negara yang berdekatan dengan Riau itu dengan tegas memberikan sanksi bagi warganya yang kedapatan membuang sampah sembarangan. Bagaimana dengan Indonesia? Jauh panggang dari api, bahkan diwilayah ? wilayah pemerintahan yang seharusnya memberikan tauladan utama bagi masyarakatnya terlihat sangat tidak bersih. Sampah berserakan. Merokok sembarangan dan kamar mandi yang kotor.

Jika kita analisa dengan seksama sesungguhnya bukan Islam yang menjadi kambing hitam dalam persoalan ini. Problem ini muncul dari pemeluknya yang tidak menyadari pentingnya kebersihan lingkungan. Didalam Al quran, dijelaskan ?Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan manusia. Supaya Allah SWT merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar. ( QS AR Ruum : 41 ) Jelas bahwa sesungguhnya kerusakan lingkungan baik itu didarat seperti; kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, penyakit menular, maupun dilaut seperti; pencemeran air laut, matinya flora laut, punahnya ikan dan makhluk hidup laut lainnya, adalah mata rantai dari kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia.

Larangan Allah SWT terhadap pemeluknya agar tidak melakukan kerusakan lingkungan sesungguhnya sangat tegas. Mari kita simak terjemahan ayat berikut; Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang ? orang yang berbuat baik.( QS Al-A?raaf: 56 ). Lebih jauh lagi silahkan simak Surat Al- Baqarah Ayat 11,12,27,60; Asy-Syura : 152; Al-Qhasas: 77. Islam dengan pemeluk yang tersebar diseluruh dunia seyogyanya mampu mengagendakan program kelestarian lingkungan. Dalam hal ini kita bisa bekerja sama dengan badan ? badan internasional, seperti UNEP dan organisasi internasional lainnya. Hari Minggu tanggal 5 Juni 2005 lalu, kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pada peringatan hari lingkungan hidup kali ini United Nations Environment Programe (UNEP) mengkampanyekan tentang signifikansi membangun perkotaan yang ramah lingkungan. Pada momentum ini, UNEP memilih Kota San Fransisco, California, Amerika Serikat, sebagai tuan rumah perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2005 tersebut.

Langkah UNEP diatas dengan programnya Green Cities tentu harus diapresiasi oleh semua pihak terutama kita sebagai warga negara berkembang dengan penduduk mayoritas muslim. Soalnya, dari hasil studi yang ada negara-negara berkembang masih belum memiliki kesadaran yang tinggi berkait dengan kelestariaan lingkungan. Ini terlihat dari pola pembangunan yang masih jauh dari wawasan lingkungan. Kita kembali iri dari perkembangan tata kota bangsa Eropa dan Amerika yang bersih dan ramah lingkungan. Padahal Eropa dan Amerika adalah negara yang penduduknya mayoritas bukan muslim. Artinya praktik keber-agamaan kita masih kalah jauh dengan mereka.

Jika direfleksikan kembali, Indonesia justru negara yang penduduk muslimnya terbesar didunia. Perspektif Islam mengenai lingkungan sudah sangat jelas dan gamblang bahwa lingkungan merupakan karunia Yang Maha Kuasa dan harus kita syukuri serta dinikmati. Namun sayang kita sebagai seorang muslim belum memiliki kesadaran terhadap pentingnya melestarikan lingkungan.

Dalam kitab suci Al-quran sudah jelas bahwa Allah berfirman lingkungan hidup sebagai alam sekitar dengan segala isi yang terkandung di dalamnya merupakan anugerah yang harus diolah/ dimakmurkan, dipelihara dan tidak boleh dirusak. Kelestarian lingkungan hidup merupakan persoalan yang sangat diperhatikan dalam Islam. Ia adalah bagian dari ibadah.

Sehingga dengan demikian keimanan tidak hanya dimaknai sebagai ibadah vertikal semata melainkan juga ibadah horizontal. Inilah yang disebut cendikiawan Islam Moeslim Abdurrahman dengan kesalehan sosial. Kesalehan ini penting diamalkan sebab ini merupakan prioritas agama Islam selain kita melalukan ibadah vertikal sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Rab Semesta Alam.

Sebagai orang muslim kita dituntut untuk beragama Islam secara kaffah (total). Dengan demikian kita juga harus melaksanakan perintah-perintah Allah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Dan salah satu perintah Allah AWT yang belum kita laksanakan dengan konkret adalah memelihara lingkungan hidup disekitar kita secara sistematis dan programatik.

Sekalipun oleh pemerintah sudah diupayakan payung hukum serta kebijakan mengenai tata pelestarian lingkungan nyatanya dilapangan kita tidak konsisten dalam memperjuangkan terpeliharanya ekosistem disekitar kita. Wujud syukur terhadap anugerah Allah SWT dalam praktiknya hanya kita fahami dalam makna yang sempit. Akhirnya selama ini kita terjebak pada keimanan yang ritualistik. Pemahaman rasa syukur dalam praktiknya hanya sebatas dimaknai dalam wujud dzikir dan doa yang vertical. Namun kita belum melakukan aksi-aksi yang terprogram untuk melestarikan lingkungan. Kejadian ini sungguh amat memalukan sebabnya justru orang-orang diluar Islam-lah yang begitu peduli terhadap kelestarian lingkungan.

Berpijak dari masalah ini sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim memulai langkah-langkah konkret untuk meyelamatkan kelesatarian lingkungan dengan konkret. Soalnya sebagai negara muslim terbesar selayaknya kita memberikan kontribusi besar terhadap gerakan yang dicanangkan UNEP dimuka.

Agenda rillnya bisa kita lakukan dengan program ?pohonisasi? sehingga udara disekitar kita tetap bersih. Upaya konkret sebagaimana dicontohkan oleh warga kampung Banjarsari, Kelurahan Cilandak, Jakarta Selatan ada baiknya kita contoh. Langkah konkretnya yakni melakukan pohonisasi dan tamanisasi kampung hingga ijo royo-royo dengan menanam tanaman antinyamuk disepanjang jalan-jalan kampung.(lihat Kompas, 04/06/2005 hal 19).

Upaya konkret itu juga bisa kita lihat dari apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru bersama masyarakat dengan menggerakkan program penghijauan pada Sabtu 18 Juni lalu di Kampung Melayu, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru. Penanaman perdana sebanyak 900 pohon dari 3000 pohon yang disiapkan, yang bersempena dengan hari lingkungan hidup se dunia dengan mengangkat tema ??Gerakan Kota Bersih dan Hijau??(lihat Riau pos.Senin, 20/06/2005).

Upaya kelestarian lingkungan itu tidak harus diinstruksikan oleh pemerintah setempat. Kesadaran individu yang berangkat dari hati nurani adalah kunci utama pembangunan berwawasan lingkungan. Rumusan 3M Aa? gym, pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhid Bandung yaitu Mulailaih dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan Mulailah dari sekarang patut kita renungkan dan aplikasikan.

Disamping itu, semangat kebersamaan dalam bingkai kemasyarakatan perlu digalakkan. Kerjasama dari pemerintah, Civil Society dan kelompok swasta dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan adalah modal kedua setelah kesadaran pribadi. Dengan kebersamaan itu, program rill yang dicanangkan UNEP dan pemerintah dapat dilakukan lebih sistematis dan programatik.

Hanya saja meskipun tidak ada perintah dari pemerintah, kesadaran pribadi dan warga kampung untuk memperhatikan dengan serius dan konkret terhadap lingkungan sekitarnya tetap harus ditumbuhkembangkan. Selain perkampungannya menjadi lebih asri dan enak dipandang mata, polusi udara bisa dikurangi. Dan ini sudah barang tentu bermanfaat besar bagi kesehatan jasmani kita.

Dalam Islam jelas bahwa bersikap bersih sebagai wujud cinta lingkungan adalah bagian dari Iman, Anna zhofatu minal Iman. Sebagai muslim sejati mari kita berlomba ? lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) untuk mewujudkan kebersihan lingkunan sesuai dengan ajaran kita. Semoga apa yang dicita ? citakan bisa terwujud dihadapan, Amiin.